RSS

MEMBUDAYAKAN BACAAN AL BARZANJI ?

     Sebagaimana kita saksikan pada bulan ini, Rabi’ul Awwal, sebagian besar kaum muslimin ramai-ramai dan secara serempak melakukan suatu amalan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam sekaligus sebagai wujud nyata kecintaan kepada beliauDalam bahasa Jawa disebut Maulidan.Puncak acara ini jatuh pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal. Ada satu “amalan wajib” yang harus dikerjakan dalam acara ini, yaitu membaca kitab Maulid al-Barzanji,

Akan tetapi, sangat disayangkan ternyata sebagian besar orang yang turut hadir dalam majelis Maulid tersebut tidak mengetahui makna yang mereka baca tersebut/sekedar ikut-ikutan. Sebaliknya, orang yang mengetahui maknanya tidak mengetahui bahwa di dalamnya terdapat kalimat-kalimat yang mengandung kesyirikan. Dan kesyirikan di sini bukan sekedar syirik ashghar (syirik kecil), melainkan syirik akbar (syirik besar). Wal iyaadzubillah. Semoga Allah ta’alasenantiasa menjauhkan kita dari perbuatan dosa yang bisa mengekalkan manusia dari adzab neraka jika pelakunya belum bertaubat selama hidup di dunia.

Agar pembahasan tidak panjang lebar, maka di sini saya tidak akan menjelaskan tentang sejarah maulid, akan tetapi saya hanya akan menjelaskan apa yang ada dalam kitab Maulid al-Barzanji dan hal yang berhubungan dengannya. Adapun rujukan saya adalah kitab Maulid al-Barzanji yang diterjemahkan oleh Abu Ahmad Najieh. Untuk lebih jelasnya, mari kita simak penjelasan berikut ini.

Siapakah al-Barzanji?

            Orang yang membaca kitab Maulid al-Barzanji kebanyakan tidak mengetahui tentang al-Barzanji. Diantara mereka menganggap al-Barzanji adalah nama buku itu sendiri. Yang lainnya menganggap bahwa al-Barzanji adalah nama acara itu sendiri, sehingga orang Jawa menyebutnya dengan Berjanjen. Dan sebagian yang lain tidak tahu menahu (cuek) tentang al-Barzanji, yang penting mengikuti acara tersebut dengan “khusyuk”.

            Perlu anda tahu, bahwa al-Barzanji adalah penulis kitab Maulid al-Barzanji. Nama lengkap beliau adalah Ja’far bin Hasan bin Abdil Karim bin Muhammad bin Abdur Rasul al-Barzanji al-Madani. Al-Barzanji diambil dari nama daerah kelahirannya. Beliau hidup sekitar abad ke-12 Hijriyah. Lahir pada bulan Sya’ban dan wafat tahun 1187 H (1764 M).

Adapun isi dari kitab tersebut sebenarnya adalah kisah/sejarah perjalanan hidup Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang ditulis dalam bait-bait prosa/syair-syair yang ditambah dengan pujian-pujian yang sangat berlebihan terhadap Nabi dan do’a-do’a.

Kenapa Harus Membaca Kitab Maulid al-Barzanji?

            Kalau kita mau jujur, sebenarnya kitab yang menjelaskan sejarah perjalanan hidup Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam bukan hanya kitab Maulid al-Barzanji, akan tetapi sangat banyak sekali. Bahkan kitab Maulid al-Barzanji bukanlah kitab sejarah Nabi yang lengkap yang membahas tentang perjalanan hidup Nabi, akan tetapi hanya sebatas ringkasan. Di samping kekuatan pendalilannya sangatlah lemah, kitab ini hanya berisi tentang pengkhabaran tanpa disertai dengan dalil. Sehingga, terdapat penyebutan sejarah yang di dalamnya tidak bisa dibuktikan keshahihannya dan keakuratannya. Bahkan kisah-kisah di dalamnya tidak bersanad. Dan lebih parahnya lagi, ketika ditemukan di dalamnya kalimat-kalimat yang mengandung kesyirikan.

            Jadi, jika pembaca ingin mengetahui sejarah kehidupan Nabi secara lengkap tidak harus membaca kitab Maulid al-Barzanji. Bukankah di sana ada kitab-kitab sejarah kehidupan Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam  yang amat lengkap dan disertai dengan riwayat-riwayat yang shahih? Maka alangkah baiknya jika kita merujuk kepada kitab-kitab sirah/sejarah tersebut. Sehingga, kita bisa memahami sejarah itu dengan runtut tanpa terpotong-potong dari awal hingga akhir. Dan saat ini kitab-kitab tersebut sudah banyak yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, diantaranya Sirah Nabawiyah karangan Syaikh Shafiyurrahman al Mubarakfury, Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam dan lain-lain.

Kalimat-kalimat Yang Mengandung Kesyirikan

Syirik secara bahasa adalah menyekutukan/meyamakan/menandingi. Sedangkan secara syari’at berarti menyekutukan/menyamakan, bahkan menandingi Allah dengan selain-Nya dalam hal yang menjadi kekhususan Allah, baik dalam uluhiyah-Nya, rububiyyah-Nya, ataupun sifat-sifat-Nya.

Kesyirikan ini bisa dilakukan secara sengaja ataupun tidak sengaja. Bisa dilakukan secara terang-terangan ataupun tersembunyi (tidak nampak). Bisa dilakukan dengan perbuatan ataupun bisa juga dengan perkataan. Dan apapun bentuk kesyirikan tersebut, maka dapat menghapus segala amalan pelakunya dan bagi siapa saja yang belum bertaubat ketika di dunia, maka berhak mendapatkan adzab yang pedih di akherat. Wal iyaadzubillaah.

Dalam kitab Maulid al-Barzanji tersebut, terdapat beberapa kalimat yang dengannya penulis sebenarnya ingin memuji-muji Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Akan tetapi, ternyata pujian-pujian di dalamnya terlalu berlebihan sehingga menjerumuskan kepada kesyirikan.

Saya tidak akan menyebutkan semua kalimat yang mengandung kesyirikan atau yang menyimpang dari aturan dien ini dalam kitab tersebut, akan tetapi hanya beberapa kalimat saja dengan disertai bantahan singkat dan mudah-mudahan hal ini bisa menjadi koreksi bagi para pembacanya selama ini.

Diantara kalimat-kalimat tersebut:

أنت نور فوق نور

Engkau (Muhammad) adalah cahaya di atas cahaya.

Bantahan:

Allah ta’ala sendiri telah berfirman:

اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ الْمِصْبَاحُ فِي زُجَاجَةٍ الزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُوقَدُ مِن شَجَرَةٍ مُّبَارَكَةٍ زَيْتُونِةٍ لَّا شَرْقِيَّةٍ وَلَا غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِيءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ نُّورٌ عَلَى نُورٍ يَهْدِي اللَّهُ لِنُورِهِ مَن يَشَاءُ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

“Allah adalah cahaya langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api.CAHAYA DI ATAS CAHAYA (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. An-Nur : 35)

Dalam ayat di atas, Allah ta’ala mengatakan bahwa DIA ADALAH CAHAYA DI ATAS CAHAYA. Lalu dalam hal ini apakah anda akan menjadikan Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam sebagai tandingan Allah ta’alaPadahal Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam sendiri ketika ditanya oleh seorang shahabatnya:

يا رسول اللّه، أي الذنب أعظم؟ قال: «أن تجعل للّه ندا وهو خلقك»

 “Ya Rasulullah, apa dosa yang paling besar itu?” Beliau menjawab: “Engkau menjadikan tandingan bagi Allah, padahal Dia telah menciptakanmu.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Dalam bait yang lain disebutkan:

عبدك المسكين  يرجو فضلك الجم الغفير

فيك قد أحسنت ظني يا بشير يا نذير

Hambamu (Muhammad) yang miskin mengharapkan kelebihanmu yang berlimpah ruah.

Sangka baik tetap ada padamu; wahai Nabi pembawa kabar gembira, wahai Nabi pembawa peringatan.

Bantahan:

Ternyata niat baik seseorang belum tentu berbuah kebaikan. Namun bisa jadi sebaliknya, akan membuahkan kecelakaan yang sangat fatal. Sebagaimana penulis kitab Maulid al-Barzanji ini. Niat hati ingin memuji-muji Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam karena kecintaannya terhadap beliau, namun yang terjadi malah menjerumuskan dirinya ke dalam syirik akbar.

Dalam bait syair di atas, penulis mengatakan: “Hambamu (Muhammad) yang miskin.”,berarti beliau menghambakan dirinya kepada Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam? Padahal dalam banyak ayat Allah ta’ala mengatakan bahwa manusia adalah hamba-hamba-Nya dan hanya kepada Allah-lah manusia itu seharusnya menghambakan dirinya.

Bahkan Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam sendiri dengan tegas mengatakan:

لَا تُطْرُونِي كَمَا أَطْرَتْ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ فَقُولُوا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ

“Janganlah kalian melampaui batas dalam memujiku (mengkultuskan) sebagaimana orang Nashrani mengkultuskan ‘Isa bin Maryam. Sesungguhnya aku hanyalah hamba-Nya, maka itu katakanlah ‘Abdullahu wa rasuuluh (hamba Allah dan utusan-Nya.” (HR. al-Bukhari)

Sebagaimana kita juga lihat nasab pengarang kitab ini (al-Barzanji) di atas, terutama kakeknya yang bernama Abdur Rasul. Penamaan ini juga merupakan penamaan yang sangat bathil. Dan nama-nama semisal ini ternyata sering dipakai oleh kalangan Syi’ah Rafidhah yang notabene mereka adalah kalangan penyembah kubur.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan kita lewat hadits beliau:

لَا يَقُلْ أَحَدُكُمْ أَطْعِمْ رَبَّكَ وَضِّئْ رَبَّكَ اسْقِ رَبَّكَ وَلْيَقُلْ سَيِّدِي مَوْلَايَ وَلَا يَقُلْ أَحَدُكُمْ عَبْدِي أَمَتِي وَلْيَقُلْ فَتَايَ وَفَتَاتِي وَغُلَامِي

“Janganlah seorang dari kalian memerintahkan (budaknya) dengan kalimat; Hidangkanlah makanan untuk rabb kamu, wudhukanlah rabbmu, sajikanlah minuman untuk rabbmu, tapi hendaklah dia berkata dengan kalimat sayyidku, maulaku (pemeliharaku). Dan janganlah seorang dari kalian mengatakan ‘abdiy (budak laki-laki) ku, atau amatiy (budak perempuan) ku tapi katakanlah: pemudaku, pemudiku dan ghulamku.” (HR. al-Bukhari)

Artinya, jika tidak boleh mengatakan ‘abdiy’ (hambaku), maka tidak diperbolehkan juga mengatakan ‘abduka’ (hambamu) kepada orang lain walaupun kepada seorang Nabi sekalipun, sebab hal ini hanya khusus untuk Allah ta’ala. Wallaahu ta’ala a’lam.

Kemudian kalimat berikutnya: “mengharapkan kelebihanmu yang berlimpah ruah.”

Padahal, hanya kepada Allah ta’ala saja orang-orang yang beriman itu berharap. Dalam QS. al-Insyirah dengan sangat jelas Allah ta’ala berfirman:

وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ

“dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (QS. Al-Insyirah : 8)

Dalam ayat yang lain juga disebutkan:

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُواْ وَالَّذِينَ هَاجَرُواْ وَجَاهَدُواْ فِي سَبِيلِ اللّهِ أُوْلَـئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَتَ اللّهِ وَاللّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah : 218)

Disebutkan pula:

أُولَـئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُوراً

“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya. Sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti.” (QS. Al-Isra’ : 57)

Pada bait yang lain:

فأغثني و أجرني يا مجير من سعير

يا غياثي يا ملاذي في مهمات الامور

Tolonglah aku, dan selamatkanlah aku. Wahai pelindung dari neraka Sya’ir.

Wahai penolongku, wahai pelindungku. Pada kejadian yang menjadi marabahaya.

Bantahan:

Ketika membaca arti dari sya’ir di atas mungkin di antara anda yang pernah rutin membaca atau masih melakukan kegiatan tersebut, akan merasa kaget. Ternyata artinya sangat bertentangan dengan ayat yang biasa dibaca oleh kaum muslimin minimal 17 kali dalam seharinya, yaitu ayat yang berbunyi:

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

“Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.” (QS. al-Fatihah : 5)

Ya, hanya kepada Allah saja kita meminta pertolongan. Bukan kepada manusia walaupun itu ada seorang nabi yang mulia dan bukan pula kepada malaikat yang tak memiliki dosa.

Kalimat selanjutnya tentunya lebih “ngeri”, pembaca yang baru menyadari makna kalimat ini bagai disambar petir. Bagaimana tidak? Sedangkan pengarang kitab tersebut menuliskan, “Wahai pelindung dari neraka Sya’ir”. Subhaanallaahu ‘ammaa yusrikuun.

Padahal Allah ta’ala telah mengancam dalam firman-Nya:

وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِن دُونِهِ أَولِيَاء اللَّهُ حَفِيظٌ عَلَيْهِمْ وَمَا أَنتَ عَلَيْهِم بِوَكِيلٍ

“Dan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah, Allah mengawasi (perbuatan) mereka; dan kamu (ya Muhammad) bukanlah orang yang diserahi mengawasi mereka.” (QS. Asy-Syura : 6)

Dalam ayat selanjutnya Allah ta’ala membantah:

أَمِ اتَّخَذُوا مِن دُونِهِ أَوْلِيَاء فَاللَّهُ هُوَ الْوَلِيُّ وَهُوَ يُحْيِي المَوْتَى وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Atau patutkah mereka mengambil pelindung-pelindung selain Allah? Maka Allah, Dialah pelindung (yang sebenarnya) dan Dia menghidupkan orang-orang yang mati, dan Dia adalah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Asy-Syura : 9)

Lebih tegas lagi dibantah dalam ayat ini:

أَفَمَنْ حَقَّ عَلَيْهِ كَلِمَةُ الْعَذَابِ أَفَأَنتَ تُنقِذُ مَن فِي النَّارِ

“Apakah (kamu hendak merubah nasib) orang-orang yang telah pasti ketentuan adzab atasnya? Apakah kamu (Muhammad) akan menyelamatkan orang yang berada dalam api neraka?” (QS. Az-Zumar : 19)

Tentu pertanyaan Allah dalam ayat di atas tak membutuhkan jawaban (pertanyaan retoris). Artinya, Nabi Muhammad tak mampu menyelamatkan manusia yang terjebur dalam neraka.

Akan tetapi, hanya Allah ta’ala yang tidak ada sekutu bagi-Nya yang mampu menyelamatkan manusia dari kekalnya adzab neraka. Sebagaimana Dia menyatakan sendiri:

  • §NèO ÓÉdfuZçR tûïÏ%©!$# (#qs)¨?$# â‘x‹tR¨r šúüÏJÎ=»©à9$# $pkŽÏù $wŠÏWÅ_ ÇÐËÈ

 

 “Kemudian Kami (Allah) akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang dhalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut.” (QS. Maryam : 72)

Juga dalam firman-Nya:

È@è% ª!$# Nä3‹ÉdfuZム$pk÷]ÏiB `ÏBur Èe@ä. 5>öx. §NèO öNçFRr& tbqä.Ύô³è? ÇÏÍÈ

“Katakanlah: ‘Allah menyelamatkan kamu dari bencana itu dan dari segala macam kesusahan, kemudian kamu kembali mempersekutukan-Nya.” (QS. Al-An’am : 64)

Uraian singkat di atas, semoga membuka mata hati siapa saja yang mau menggunakan akalnya dengan baik untuk mentadabburi ayat-ayat Allah al-Qur’aniyyah. Sehingga dengannya Allah ta’ala memberikan petunjuk untuk menjauhi dari segala bentuk kesyirikan yang nampak maupun tidak nampak. Aamiin.

Maulidan Bukti Cinta Kepada Rasul?

Cinta sejati butuh bukti. Tanpa bukti, maka  ucapan cinta tidak ada arti. Begitu pula ucapan cinta seorang muslim kepada Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam, hanya akan menjadi bualan-bualan kosong tak berarti jika tidak ada realisasi (praktek) dalam kehidupan sehari-hari.

Realisasi cinta Rasul itu telah dijelaskan oleh Allah ta’ala secara gambling dalam firman-Nya:

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Katakanlah (wahai Muhammad): “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, MAKA IKUTILAH AKU, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali Imran : 31)

Mengomentari ayat di atas, Syaikh Abdurrahman as-Sa’di hafidzahullaah mengatakan, “Jika kalian mengaku-ngaku berada pada kedudukan yang tinggi (mencintai Allah) dan tidak ada kedudukan yang lebih tinggi darinya, maka tidak cukup hanya sekedar pengakuan saja. Akan tetapi pengakuan itu harus jujur. Adapun tanda-tanda jujurnya pengakuan tersebut adalah mengikuti Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam segala aspek, baik dalam perkataan maupun perbuatannya. Dalam masalah ushuludin (pokok agama) ataupun furu’ (cabang). Dalam hal yang nampak ataupun tersembunyi. Maka barangsiapa yang mengikuti Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menunjukkan kejujuran (kebenaran) pengakuan cintanya kepada Allah ta’ala. Sehingga Allah akan mencintainya dan mengampuni dosa-dosanya, merahmati dan meluruskan setiap gerak langkah dan diamnya. DAN BARANG SIAPA YANG TIDAK MENGIKUTI RASULULLAH, MAKA DIA BUKAN PECINTA ALLAH. Karena cinta kepada Allah, mewajibkan bagi pelakunya untuk mengikuti Rasul-Nya.”[1]

Seorang yang mencintai Rasul, berarti dirinya juga mencintai Allah. Dan sudah sangat jelas bagi kita bahwa realisasi kecintaan kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam tidak diwujudkan dengan membuat pujian-pujian dan dinyanyikan di dalam masjid, mengkhususkan membaca sejarah beliau pada bulan Rabi’ul Awwal tanpa mengetahui maknanya, membuat lagu-lagu tentang keagungan Nabi, ataupun yang lainnya, akan tetapi wujud kecintaan itu dengan MENGIKUTI SUNNAH (AJARAN) RASULULLAH. Karena Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling baik, paling mulia dan paling bertaqwa kepada Allah ta’ala, maka tidak ada jalan lain bagi kita kecuali harus mengikutinya dalam segala aspek, baik aqidah, ibadah, muamalah ataupun yang lainnya. Tidak boleh menambah-nambahi sedikitpun dan tidak boleh mengurang-nguranginya juga.

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيراً

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu terdapat suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharapkan (perjumpaan dengan) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak mengingat Allah.” (QS. al-Ahzab : 21)

Mudah-mudahan Allah ta’ala berkenan mengumpulkan kita dengan beliau di Firdausil A’la kelak. Aammiin ya Rabbal ‘aalamiin. Wallaahu ta’ala a’lam bish shawwab.

 

Bumi Allah. Ahad, 25 Syawwal 1434 H / 1 September 2013 M.


[1] Tafsiir al-Kariim ar-Rahman, Abdurahman as-Sa’di. Muassasah ar-Risaalah. hal. 128.

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 1 September 2013 inci Tafakkur

 

Tag:

Pendapat Dari Beberapa Kaum Orientalis Tentang Islam

Allah

Allah

 

 

 

 

 

 

 

 

Di antara pendapat-pendapat para orientalis itu adalah sebagai berikut:

Dr. V. Fitzgerald(4) berkata: “Islam bukanlah semata agama (a religion), namun ia juga merupakan sebuah sistem politik (a political system). Meskipun pada dekade-dekade terakhir ada beberapa kalangan dari umat Islam, yang mengklaim diri mereka sebagai kalangan ‘modernis’, yang berusaha memisahkan kedua sisi itu, namun seluruh gugusan pemikiran Islam dibangun di atas fundamental bahwa kedua sisi itu saling bergandengan dengan selaras, yang tidak dapat dapat dipisahkan satu sama lain”.

Prof. C. A. Nallino(5) berkata: “Muhammad telah membangun dalam waktu bersamaan: agama (a religion) dan negara (a state). Dan batas-batas teritorial negara yang ia bangun itu terus terjaga sepanjang hayatnya”.

Dr. Schacht berkata(6): ” Islam lebih dari sekadar agama: ia juga mencerminkan teori-teori perundang-undangan dan politik. Dalam ungkapan yang lebih sederhana, ia merupakan sistem peradaban yang lengkap, yang mencakup agama dan negara secara bersamaan”.

Prof. R. Strothmann berkata(7): “Islam adalah suatu fenomena agama dan politik. Karena pembangunnya adalah seorang Nabi, yang juga seorang politikus yang bijaksana, atau “negarawan”.

Prof D.B. Macdonald berkata(8): “Di sini (di Madinah) dibangun negara Islam yang pertama, dan diletakkan prinsip-prinsip utama undang-undang Islam”.

Sir. T. Arnold berkata(9): ” Adalah Nabi, pada waktu yang sama, seorang kepala agama dan kepala negara”.

Prof. Gibb berkata(10): “Dengan demikian, jelaslah bahwa Islam bukanlah sekadar kepercayaan agama individual, namun ia meniscayakan berdirinya suatu bangunan masyarakat yang independen. Ia mempunyai metode tersendiri dalam sistem kepemerintahan, perundang-undangan dan institusi”.

Catatan Kaki :

(4) Dalam ‘Muhammedan Law”, ch. I, p. 1.

(5) Dikutip oleh Sir. T. Arnold dalam bukunya: The Caliphate, p. 198.

(6) Encyclopedia of Social Sciences, vol. VIII, p. 333

(7) The Encyclopedia of Islam, IV, p. 350.

(8) Development of Muslim Theology, Jurisprudence and Constitutional Theory, New York, 1903, p. 67

(9) The Caliphate, Oxford, 1924, p. 30.

(10) Muhammedanism, 1949, p. 3

 
5 Komentar

Ditulis oleh pada 5 April 2011 inci Tentang Islam

 

PR. Pekerjaan Rumah

School Myspace Comments

Jangan diskriminatif…! Denngan beralasan Belajar Aktif, anak dibebani berbagai tugas. disuruh bawa ini bawa itu, kumpulkan ini kumpulkan itu. Seluruh guru mapel memberi PR, guru KTK meberikan tugas lain untuk membuat prakarya, guru agama meberi tugas hafalan ayat. Belum lagi tiap guru  menugasi Kliping dengan tema sesuai dengan mapelnya masing2. Ekskul Pramuka, Olah Raga dan kesenian silih berganti hari… Waduh…Guru mengajari muridnya untuk toleransi, tepo seliro, lha kok malah guru yang nggak punya tepo seliro.

 
1 Komentar

Ditulis oleh pada 17 Maret 2011 inci Tafakkur

 

Sarjana Jebolan Amerika YG Goblog

Ke-Barat2an

Gaya Barat

Tiga Pertanyaan

Ada seorang pemuda yang lama sekolah di negeri Paman Sam kembali ke tanah air. Sesampainya di rumah ia meminta kepada orang tuanya untuk mencari seorang Guru agama, siapapun yang bisa menjawab 3 pertanyaannya. Akhirnya Orang tua pemuda itu mendapatkan orang tersebut. “Anda siapa? Dan apakah bisa anda menjawab pertanyaan-pertanyaan saya?” Tanya Pemuda. “Saya hamba Allah dan dengan izin-Nya saya akan menjawab pertanyaan saudara.” Jawab Guru Agama. “Anda yakin? sedang Profesor dan banyak orang pintar saja tidak mampu menjawab pertanyaan saya.” Tanya Pemuda lagi.
“Saya akan mencoba sejauh kemampuan saya.” Jawab guru agama
Pemuda : “Saya punya 3 pertanyaan; 1. Kalau memang Tuhan itu ada, tunjukkan kewujudan Tuhan kepada saya 2. Apakah yang dimaksudkan dengan takdir? 3. Kalau syaitan diciptakan dari api kenapa dimasukan ke neraka yang dibuat dari api?, tentu tidak menyakitkan buat syaitan, sebab mereka memiliki unsur yang sama. Apakah Tuhan tidak pernah berfikir sejauh itu?” Tiba-tiba Guru Agama tersebut menampar pipi si Pemuda dengan kuat. Sambil menahan kesakitan pemuda berkata: “Kenapa anda marah kepada saya?” Jawab Guru Agama: “Saya tidak marah… Tamparan itu adalah jawaban saya kepada 3 pertanyaan yang anda ajukan kepada saya”. “Saya sungguh-sungguh tidak faham”, kata pemuda itu. Guru Agama bertanya “Bagaimana rasanya tamparan saya?”. “Tentu saja saya merasakan sakit”, jawab pemuda. Guru Agama bertanya ” Jadi Anda percaya bahawa sakit itu ada?”. Pemuda itu mengangguk tanda percaya. Guru Agama bertanya lagi, “Tunjukkan pada saya wujud sakit itu!” “ Tak bisa”, jawab pemuda.
“Itulah jawaban pertanyaan pertama: kita semua merasakan kewujudan Tuhan tanpa mampu melihat wujudnya.” Terang Guru Agama. Guru Agama bertanya lagi, “Apakah tadi malam anda bermimpi akan ditampar oleh saya?”. “Tidak” jawab pemuda. “Apakah pernah terfikir oleh anda akan menerima sebuah tamparan dari saya hari ini?” “Tidak” jawab pemuda. “Itulah yang dinamakan Takdir” Terang Guru Agama. Guru Agama bertanya lagi, “Diperbuat dari apa tangan yang saya gunakan untuk menampar anda?”. “kulit”. Jawab pemuda. “Pipi anda diperbuat dari apa?” “ Kulit “ Jawab pemuda. “Bagaimana rasanya tamparan saya?”. “Sakit.” Jawab pemuda. “Walaupun Syaitan terbuat dari api dan Neraka terbuat dari api, jika Allah berkehendak maka Neraka akan menjadi tempat menyakitkan untuk syaitan.” Terang Guru Agama.

 
2 Komentar

Ditulis oleh pada 27 Februari 2011 inci Tafakkur

 

Anekdot Bagi Para Lelaki

ANEKDOT BAGI PARA LELAKI

Jangankan lelaki biasa, Nabi pun terasa sunyi tanpa wanita.
Tanpa mereka, hati, fikiran dan perasaan lelaki akan resah.
Masih mencari walaupun sudah ada segala-galanya.
Apa yang kurang di Surga, namun Nabi Adam a.s tetap rindukan Siti Hawa.
Kepada wanitalah lelaki memanggil ibu, isteri atau puteri.

Dijadikan mereka dari tulang rusuk yang bengkok untuk diluruskan oleh lelaki,
tetapi kalau lelaki sendiri yang tak lurus, tak mungkin mampu untuk meluruskan mereka.
Tidak logis kayu yang bengkok menghasilkan bayang-bayang yang lurus.
Luruskanlah wanita dengan cara yang ditunjuk Allah, karena mereka dicipta begitu rupa oleh Allah.
Didiklah mereka dengan panduan dariNya.

JANGAN COBA JINAKKAN MEREKA DENGAN HARTA, NANTI MEREKA SEMAKIN LIAR. JANGAN
HIBURKAN MEREKA DENGAN KECANTIKAN, NANTI MEREKA SEMAKIN MENDERITA.

Yang sementara itu tidak akan menyelesaikan masalah.
Kenalkan mereka kepada Allah, zat yang kekal.

AKAL SETIPIS RAMBUTNYA, TEBALKAN DENGAN ILMU. HATI SERAPUH KACA, KUATKAN DENGAN
IMAN. PERASAAN SELEMBUT SUTERA, HIASILAH DENGAN AKHLAK.

Suburkanlah, kerana dari situlah nanti mereka akan nampak nilai dan keadilan Tuhan.
Akan terhibur dan bahagialah hati mereka, walaupun tidak menjadi ratu cantik dunia, presiden ataupun perdana menteri negara atau women gladiator.

Bisikkan ke telinga mereka bahawa kelembutan bukan suatu kelemahan.
Itu bukan diskriminasi Tuhan.
Sebaliknya di situlah kasih sayang Tuhan.

Kerana rahim wanita yang lembut itulah yang mengandungkan lelaki-lelaki negarawan, karyawan, jutawan dan 'wan-wan' yang lain.
Tidak akan lahir superman tanpa superwoman.
Wanita yang lupa hakikat kejadiannya, pasti tidak terhibur dan tidak menghiburkan.

Tanpa ilmu, iman dan akhlak, mereka bukan saja tidak boleh diluruskan, bahkan mereka pula yang akan membengkokkannya.

LEBIH RAMAI LELAKI YANG DIRUSAKKAN OLEH PEREMPUAN DARIPADA PEREMPUAN YANG
DIRUSAKKAN OLEH LELAKI.

SEBODOH-BODOHNYA PEREMPUAN PUN DAPAT MENUNDUKKAN SEPANDAI-PANDAINYA LELAKI.

Itulah akibatnya apabila wanita tidak kenal tuhan.
Mereka tidak akan kenal diri mereka sendiri, apalagi mengenal lelaki.
Kini bukan saja ramai boss telah kehilangan secretaris, bahkan anak pun akan kehilangan ibu, suami kehilangan isteri dan bapak akan kehilangan puteri.

Bila wanita durhaka, dunia lelaki akan huru-hara.
Bila tulang rusuk patah, rusaklah jantung, hati dan limpa.

Para lelaki pula jangan hanya mengharapkan ketaatan tetapi binalah kepimpinan.
Pastikan sebelum memimpin wanita menuju Allah, pimpinlah diri sendiri dahulu kepadaNya.
Jinakkan diri dengan Allah, niscaya akan jinaklah segala-galanya di bawah kepimpinan kita
.

JANGAN MENGHARAPKAN ISTERI SEPERTI SAYYIDATINA FATIMAH AZZAHRA RA, KALAU PERIBADI BELUM LAGI SEPERTI SAYYIDINA ALI RA...

Mari selalu tafakkur…!

Pakaian Longgar

Standar Pakaian Muslimah

 
2 Komentar

Ditulis oleh pada 11 Februari 2011 inci Tafakkur

 

Dialog Nabi Muhammad SAW. Dengan Iblis

Caligraphy

Allah

 

 

 

 

 

 

 

Dialog Antara Rasulullah dengan Iblis

 

Telah diceritakan bahwa Allah telah memerintahkan iblis datang kepada Nabi Muhammad agar menjawab segala pertanyaan yang Nabi tanyakan padanya. Pada suatu hari Iblis pun datang kepada Nabi dengan menyerupai orang tua yang baik lagi bersih, sedang ditangannya memegang tongkat.

Bertanya Rasulullah, “Siapakah kamu ini ?”

Orang tua itu menjawab, “Aku adalah iblis.”

“Apa maksud kamu datang menemui aku ?” tanya Rasul.

Orang tua itu menjawab, “Allah menyuruhku datang kepadamu agar kau bertanya kepadaku.”

Rasulullah saw lalu bertanya, “Hai iblis, berapa banyakkah musuhmu dari kalangan umat-umatku ?”

Iblis menjawab, “Lima belas.”  :

1.         Engkau sendiri hai Muhammad.

2.         Imam dan pemimpin yang adil.

3.         Orang kaya yang merendah diri.

4.         Pedagang yang jujur dan amanah.

5.         Orang alim yang mengerjakan shalat dengan khusyuk.

6.         Orang Mukmin yang memberi nasihat.

7.         Orang yang Mukmin yang berkasih-sayang.

8.         Orang yang tetap dan cepat bertaubat.

9.         Orang yang menjauhkan diri dari segala yang haram.

10.       Orang Mukmin yang selalu dalam keadaan suci.

11.       Orang Mukmin yang banyak bersedekah dan berderma.

12.       Orang Mukmin yang baik budi dan akhlaknya.

13.       Orang Mukmin yang bermanfaat kepada orang.

14.       Orang yang hafal al-Qur’an serta selalu membacanya.

15.       Orang yang berdiri melakukan shalat di waktu malam sedang orang-orang lain semuanya tidur.

Kemudian Rasulullah s.a.w bertanya lagi, “Berapa banyakkah temanmu di kalangan umatku?”

Jawab iblis, “Sepuluh golongan :

1.         Hakim yang tidak adil.

2.         Orang kaya yang sombong.

3.         Pedagang yang khianat.

4.         Orang pemabuk/peminum arak.

5.         Orang yang memutuskan tali persaudaraan.

6.         Pemilik harta riba’.

7.         Pemakan harta anak yatim.

8.         Orang yang selalu lengah dalam mengerjakan shalat (sering meninggalkan shalat).

9.         Orang yang enggan memberikan zakat/kedekut.

10.       Orang yang selalu berangan-angan dan khayal dengan tidak ada faedah.

Mereka semua itu adalah sahabat-sahabatku yang setia.”

Itulah di antara percakapan Nabi dan iblis. Semestinya kita mengetahui bahwa sesungguhnya Iblis itu adalah musuh Allah dan manusia. Dari itu hendaklah kita selalu berhati-hati jangan sampai kita menjadi sahabat iblis, karena barangsiapa yang menjadi sahabat iblis berarti menjadi musuh Allah. Demikianlah sebaliknya, barangsiapa yang menjadi musuh iblis berarti menjadi sahabat dan kekasih Allah.

Diposting : Surono

 
5 Komentar

Ditulis oleh pada 29 Januari 2011 inci Tafakkur

 

Tag: , ,

ISLAM DI ASIA TENGGARA

 

Bangunan Masjid

Masjid

 

 

 

ISLAM DI ASIA TENGGARA
==============================================
Di Asia Tenggara, Islam merupakan kekuatan sosial yang patut diperhitungkan, karena hampir seluruh negara yang ada di Asia Tenggara penduduknya, baik mayoritas ataupun minoritas memeluk agama Islam. Misalnya, Islam menjadi agama resmi negara federasi Malaysia, Kerajaan Brunei Darussalam, negara Indonesia (penduduknya mayoritas atau sekitar 90% beragama Islam), Burma (sebagian kecil penduduknya beragama Islam), Republik Filipina, Kerajaan Muangthai, Kampuchea, dan Republik Singapura (Muzani, 1991: 23).

Dari segi jumlah, hampir terdapat 300 juta orang di seluruh Asia Tenggara yang mengaku sebagai Muslim. Berdasar kenyataan ini, Asia Tenggara merupakan satu-satunya wilayah Islam yang terbentang dari Afrika Barat Daya hingga Asia Selatan, yang mempunyai penduduk Muslim terbesar. Asia Tenggara dianggap sebagai wilayah yang paling banyak pemeluk agama lslamnya. Termasuk wilayah ini adalah pulau-pulau yang terletak di sebelah timur lndia sampai lautan Cina dan mencakup lndonesia, Malaysia dan Filipina. Read the rest of this entry »

 
2 Komentar

Ditulis oleh pada 27 Januari 2011 inci Pendidikan

 

Tag:

Bid’ah-bid’ah dan Bid’ah hasanah

diKomentari ini Ya....

Pemakaman
Telah disebutkan oleh Rasulullah bahwa:
“Berhati-hatilah dari hal yang baru, karena setiap yang baru itu bid’ah dan setiap kebid’ahan itu sesat.”(HR. Tirmidji dan Ibnu Majah).
“Barangsiapa yang membuat-buat dalam perkaraku(agamaku) ini, sesuatu yang bukan darinya maka dia tertolak.”(HR. Bukhari Muslim).
“Barangsiapa yang beramal satu amalan yang tidak ada perintahku padanya, maka dia tertolak.”(HR. Muslim).
Bid’ah adalah setiap hal yang tidak mempunyai dasar dalam agama yang dilakukan dalam rangka beribadah kepada Allah , seperti : Read the rest of this entry »

 
1 Komentar

Ditulis oleh pada 22 Desember 2010 inci Tafakkur

 

Tag: , ,

Islam Radikal, Fundamental

Radikal

Radikal, Fundamentalis, Siapa Takut???

28 September 01:02am

Ho..hoo.. rasanya sebutan muslim radikal, fundamentalis and sejenisnya bakalan mencuat lagi nie, terutama ditujukan pada kelompok islam tertentyu begichu, bukankah ichu bechul??

Bagaimana sih kesan atau citra yang ditangkap orang pada umumnya saat denger kata muslim radikal or fundamentalis?? . Banyak orang memiliki kesan umum, bahwa Muslim fundamentalis atau Muslim radikal atau Muslim garis keras (hard-liner)-begitu biasa mereka menyebut kelompok Islam yang lantang menyerukan penerapan syariah-adalah orang yang berwajah garang, tidak argumentatif, doktriner, bodoh dan tidak bisa diajak dialog. Singkatnya, di mata mereka, wajah Muslim fundamentalis itu sangat buruk dan menakutkan. Karena itu, tidak semua orang memiliki kekuatan hati untuk datang bertemu dengan para “ekstremis” itu.

Apa sih Radikal and Fundamentalis itu ?? Read the rest of this entry »

 
2 Komentar

Ditulis oleh pada 28 September 2010 inci Tentang Islam

 

Hari Akhir

Allah

Allah

Hari Akhir

  1. A. Pengertian

Hari akhir adalah hari Kiamat, saat Allah membangkitkan makhluk-makhluk untuk dihisab (diperhitungkan) dan dibalas. Disebut hari akhir karena tidak ada lagi hari sesudahnya sedangkan penghuni surga telah jelas akan menempati surga dan penduduk neraka akan menempati neraka.

Pengetahuan tentang kapan terjadinya hari akhir hanya Allah yang mengetahuinya, sebagaimana firman-Nya, “Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah, ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi Allah.’ Dan tahukah kamu hari (Muhammad), boleh jadi hari berbangkit itu sudah dekat waktunya.” (QS. Al-Ahzab: 63). Read the rest of this entry »

 
4 Komentar

Ditulis oleh pada 25 April 2010 inci Tafakkur